KAITAN
ANTARA KESEHATAN REMAJA DAN KESPRO REMAJA
Oleh
Kelompok 2
Kelas Ia
Faramita Ani sattu
Fitriani s Nur insan
Firda nurhidayat Rilawati
Hastuti Nur syamsi
Jusrianti Nirwana
Nurasiah Hasriani
Rahmawati Rusma
Siti sarah humairah Yulianan R
AKBID STIKES SYEKH YUSUF-GOWA
T.A 2013
KAITAN
ANTARA KESEHATAN REMAJA DAN KESPRO REMAJA
Remaja adalah
golongan yang cukup banyak terdapat dalam susunan penduduk Indonesia dimana
dari 200 juta penduduk, sekitar 20 % adalah golongan yang berusia 10 - 14
tahun. Kelak mereka akan menjadi orang tua dan mempunyai anak Remaja pun
mempunyai kedudukan yang unik karena dalam ilmu kedokteran digolongkan dalam
usia peralihan ( pubertas) dan masa anak-anak ke masa dewasa. Peralihan yang
terjadi bukan saja fisik dan mental, tetapi juga terjadi perubahan secara
berangsur-angsur pada sistim reproduksinya menjadi matang dan berfungsi seperti
orang dewasa. Setiap perubahan bagaimana pun juga akan menyebabkan timbulnya
goncangan bagi individu yang mengalami Kesehatan reproduksi secara singkat
dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana fisik mental dan sosial dinyatakan
sehat supaya dapat menjalankan fungsi reproduksi. Hal ini berarti mencakup
1.
Kemampuan
ber-reproduksi
2.
Berhasil
mempunyai anak yang sehat, dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa
3.
Aman
menjalankan proses reproduksi termasuk melakukan hubungan seks, hamil,
melahirkan, memilih jumlah anak dan menetapkan pemakaian KB.
Dan yang terpenting disini adalah hak
laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan informasi dun pelayanan serta
menentukan keinginannya dalam kehidupan reproduksi.
Seperti yang telah disebut di atas,
usia remaja berdasar antara 12 - 24 th (12 - 21 th) Pada awal usia remaja
terjadi perkembangan dan pemasangan alat dan fungsi reproduksi secara
berangsur-angsur sampai mereka memasuki usia dewasa muda. Hal ini ditandai
dengan adanya perubahan fisik seperti tubuh menjadi lebih tinggi dan otot tubuh
menjadi lebih membesar, timbulnya jerawat wajah, tumbuh bulu diketiak dan
kemaluan, tumbuhnya payudara, tejadi perubahan suara dan tumbuh kumis pada
remaja pria. Dan yang terpenting adalah datangnya haid pada remaja putri dan
hadirnya mimpi basah pada remaja putra, sebagai tanda bahwa organ reproduksinya
mulai berfungsi. Perubahan ini kadang-kadang menimbulkan rasa cemas, takut,
malu, merasa dirinya menjadi lain dan remaja pun bingung, karena mereka tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup dan tidak mendapat informasi yang memadai.
Selain itu terjadi pula perubahan
minat dan perilaku pada remaja seperti:
o
Mereka
mulai memperhatikan penampilannya
o
Mulai
tertarik pada lawan jenisnya
o
Melakukan
usaha untuk menarik perhatian lawan jenis, bertingkah laku lebih genit.
Dikota besar,
gejala-gejala seperti ini dapat kita lihat dengan banyak-nya remaja yang
mangkal dan "ngeceng" di pusat-pusat perbelanjaan atau mall,
tempat-tempat pertunjukan, atau kalau remaja tinggal di pinggiran kota atau
desa, terlihat gerombolan remaja yang memadati tontonan layar tancap,
pertunjukan dangdut di perayaan-perayaan. Mereka terlihat berdandan
habis-habisan memakai pakaian yang sedang "ngetrend" dan terutama
perilaku remaja banyak diarahkan untuk menarik perhatian.
Salahkah
sepenuhnya remaja melakukan hal tersebut?, sulit bagi kita untuk menghakimi
mereka, semata-mata dari tingkahnya yang genit, bebas dan kadang berlebihan.
Seiring dengan matangnya alat reproduksi, maka pada tubuh remaja juga terjadi
peningkatan hormon seks (estrogen, progestron, ondmgen, testosteron) yang
mempunyai libido (dorongan/gairah seks).
Libido
ini adalah karunia Tuhan, untuk menimbulkan keinginan yang berhubungan dengan
aktivftas seks yang diperlukan dalam reproduksi manusia. Rasa ingin tahu,
sulitnya meredam dan mengendalikan dorongan seks ditambah tidak adanya
pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi, dapat
menyebabkan remaja terjerumus pada kesulitan "besar”.
Seperti
yang disebut di atas bahwa hak untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
reproduksi adalah hak setiap orang. Sementara pada orang dewasa saja agaknya
sulit didapat karena sifat 'tabu' membicarakan masalah seks. Apalagi pada
remaja, dimana seharusnya mereka lebih baik mendapat informasi dari orang tua.
Tetapi karena sebagian orang tua adalah produk diriikan generasi lama yang
merasa tidak pantas, malu dan mengelak untuk membicarakan seks dengan anaknya.
Bahkan mereka sendiri sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi yang lebih dibanding anaknya, walaupun orang tua adalah pelaku seks
yang aktif.
Memang
sudah ada beberapa LSM dan pusat pelayanan remaja yang menyediakan pelayanan
reproduksi dalam bentuk ceramah, konsultasi melalui telpon/surat dan ada
beberapa buku saku yang pernah diterbitkan, tetapi belum banyak, menjangkau
masyarakat remaja dan belum dimasyarakatkan secara maksimal. Sementara banyak
pihak termasuk remaja, orang tua, guru, pendiriik pemuka agama dan tokoh,
masyarakat yang merasa takut apabila informasi dan pendiriikan seks diberikan
kepada remaja akan disalah gunakan oleh remaja. Maka remaja pun lebih senang
bertanya pada teman sebaya yang tidak lebih baik pengetahuannya atau melihat
dari film di TV , bioskop dan membaca dari buku, majalah yang lebih banyak
menyajikan seks secara vulgar ketimbang pengetahuan pendiriikan seks yang
benar.
1.
Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini
terjadi kematangan seksual
dan tercapainya bentuk dewasa
karena pematangan fungsi endokrin.
Pada saat proses
pematangan fisik,
juga terjadi perubahan
komposisi tubuh.
Periode Adolesensia
ditandai dengan pertumbuhan
yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya.
Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya
tubuh. Growth Spurt :
o Anak
perempuan : antara 10 dan 12 tahun
o Anak
laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.
Permulaan growth spurt
pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya
diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia
sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah
terhenti. Ini berarti, makanan
tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
mempertahankan keadaan gizi
yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian,
kebutuhan akan unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskandia
mendapatkan kebutuhan zat gizi
yang lebih dari biasanya.
3.
Penyebab masalah gizi pada
remaja
Masalah gizi yang terjadi
pada remaja umumnya disebabkan oleh satu sumber utama yaitu pola makan yang
kurang tepat. Pola makan yang kurang tepat pada remaja, secara garis besar
dipengaruhi dua hal, antara lain faktor lingkungan dan faktor personal atau
individu dari remaja itu sendiri.
Faktor
yang mempengaruhi gizi
pada remaja
dan Kemampuan keluarga
untuk membeli makanan
atau pengetahuan
tentang zat gizi Pekerjaan
Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey
pengujian ilmu gizi
(NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai,
dari kalori
yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).
Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 % dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari.
Rata-rata RDA kebutuhan kalsium
1000 mg. selain itu, wanita
juga harus memperhatikan unsur
sodium, cara pengolahan makanan
dan para wanita
perlu membatasi makanan
kaleng atau makanan
dalam kotak.
5.
Jenis-jenis masalah gizi
pada remaja
Perilaku makan yang kurang tepat dapat
membawa dampak negative terhadap kesehatan atau status gizi remaja. Berikut
beberapa masalah gizi yang dapat dialami oleh remaja.
1. Obesitas
Walaupun
kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa,
tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya
sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan
adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk
para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan
yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu
menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang
sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.
2. Kurang
Energi Kronis
Pada
remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa akibat
terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan
terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis
erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya
atau dipandang lawan jenis kurang seksi.
3. Anemia
Anemia
karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama pada
perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi
menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai
pembawa oksigen.
Remaja
perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi
yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan
yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu
bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi.
Pendidikan gizi pada remaja dan dewasa diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik dan berperilaku gizi yang baik dan benar. Adapun pesan dasar gizi seimbang yang diuraikan oleh Depkes
adalah:
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Makan makanan yang mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh baik kualitas maupun kuantitas. Jadi,
mengonsumsi makanan
yang beraneka ragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yanng cukup kalori (energi) agar dapat hidup dan beraktivitas
sehari-hari. Kelebihan konsumsi kalori akan ditimbun sebagai cadangan didalam tubuh
yang berbentuk jaringan lemak.
Ada dua kelompok karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks berlangsung lebih lama
daripada yang sederhana. Konsumsi karbohidrat kompleks sebaiknya dibatasi 50%
saja dari kebutuhan energi
sehingga tubuh dapat memenuhi sumber zat pembangun dan pengatur.
Lemak
dan minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan
jumlah energi,
membantu penyerapan vitamin
(A, D, E dan K) serta menambah lezatnya hidangan. Mengonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi
konsumsi makanan
lain.
e)
Gunakan garam beryodium.
Zat besi adalah unsur penting untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi berakibat anamia gizi besi (AGB), terutama diderita oleh wanita hamil, wanita menyusui dan wanita usia subur.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mempunyai kelebihan yang meliputi 3
aspek baik aspek gizi, aspek
kekebalan dan kejiwaan.
h)
Biasakan makan pagi.
Bagi remaja dan dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi
belajar dan meningkatkan produktivitas kerja.
Dapat meningkatkan kebugaran, mencegah
kelebihan berat badan,
meningkatkan fungsi jantung,
paru dan otot serta memperlambat proses penuaan.
k)
Hindari minum minuman beralkohol.
Sering minum minuman beralkohol akan sering
BAK sehingga menimbukan rasa haus. Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat lain.
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layak dikonsumsi
sehingga aman
untuk kesehatan. Makanan yang aman yaitu bebas dari kuman dan bahan kimia dan
halal. Bacalah label pada makanan
yang dikemas.
m)
Penilaian Status Gizi Pada Remaja
Ada beberapa cara melakukan penilaian status
gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh
manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian
status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel
lain.
6.
Akibat Kekurangan Gizi pada
Remaja
Remaja putri rentan
mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang
asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan
pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai
status gizi yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak
proporsional). Kurang zat besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang
(zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri
tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri
membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu
suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.Kurus
merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan.
“Kurus itu indah” , kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja
perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab
anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin
kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah di
makan), khususnya remaja perempuan.
Masa remaja merupakan masa
yang sangat “rentan”. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada
remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa
ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan
badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa
mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini
terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat
pada, sayur-sayuran, buah-buahan. Dan sering makan makanan gula dan makanan
kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang kaya serat.
Remaja yang tak memperoleh
cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap
kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas.
Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru
yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi
vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk
terserang asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit
asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan
seperti tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi
remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia gizi. Anemia,
dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang
mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi
pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat
menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.
B.
MASALAH PENDIDIKAN
|
C. masalah lingkungan dan pekerjaan
Dalam sejarah
kehidupan manusia, penggolongan jenis kelamin laki-laki dan perempuan ternyata
menyisakan pemahaman karakter spesifik kelelakian dan keperempuan terkait
perbedaan fisik dan mental.
Kelebihan
kekuatan fisik mendorong perkembangan rasa berkelebihan (sense of mastery) pada
sisi laki-laki daripada perempuan sehingga perempuan ditempatkan dalam posisi
lemah.
Tentu saja isu
jender otomatis berkembang dan berpengaruh terhadap sistem manajemen
perkantoran. Masih banyak departemen/institusi yang lebih memilih laki-laki
sebagai menejer bila pada saat yang sama terdapat dua pilihan calon manajer
berlainan jenis kelamin, walaupun terkadang atau sering justru calon perempuan
relatif lebih kompeten.Kondisi di atas berakibat pada kenyataan lebih banyak
perempuan diposisikan sebagai bawahan daripada sebagai atasan. Kondisi itu
meningkatkan peluang perempuan dilecehkan secara seksual oleh lelaki atasan. Lingkungan dan
suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang bekerja akan
mengganggu kesehatan remaja
Masalah Remaja
terhadap Lingkungan Sosialnya
Kegagalan remaja dalam melakukan tugas
perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya
sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun konflik eksternal yang
mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang yang muncul pada remaja
sebenarnya merupakan kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang
dialaminya.
Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya
merupakan kegagalan sistem kontrol diri terhadap impuls-impuls yang kuat dan
dorongan instingtif. Impuls-impuls tersebut disalurkan lewat perilaku kejahatan
, kekerasan, agresi dan sebagainya yang dianggap mengandung nilai lebih oleh
kelompok remaja tersebut.
Perbedaan
antara remaja yang berperilaku normal dengan remaja yang berperilaku menyimpang
dapat dilihat dari tiga dimensi perbedaan yaitu : perbedaan dalam struktur
intelektualnya, perbedaan fisik dan psikis, serta perbedaan ciri karakteristik
individual. Berikut keterangan mengenai ketiga dimensi tersebut.
a) Perbedaan struktur intelektual
Pada
umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang mempunyai intelegensi yang
berbeda dengan intelegensi rata-rata anak-anak yang normal, yaitu nampak pada
perbedaan fungsi-fungsi kognitif pada mereka. Pada umumnya kelompok menyimpang
ini mempunyai nilai yang lebih rendah pada tugas-tugas prestasi tetapi
mempunyai nilai lebih pada nilai keterampilan verbal. Kelomp[ok ini pada
umumnya kurang toleran terhadap hal-hal yang abigious dan kurang mampu
memperhitungkan dan menghargai perbedaan perilaku serta pribadi orang lain.
b) Perbedaan fisik dan psikis
Anak-anak
yang berperilaku menyimpang nampak “ idiot secara moral “ dan pada umumnya
memiliki ciri karakteristik yang khas dalam fungsi psikologis. Hal-hal yang
nampak berbeda diantaranya adalah : lebih lamban dalam mereaksi terhadap
stimuli kesakitan, dan menunjukkan ketidak matangan jasmaniah atau anomali
perkembangan tertentu.
c) Perbedaan ciri karkteristik
individual
Remaja
yang berperilaku menyimpang memiliki ciri kepribadian khusus yaitu lebih
berorientasi pada kehidupan masa sekarang yaitu bersenang – senang dan puas
pada hari ini dan kurang memperhitungkan hari esok. Kebanyakan dari mereka
mengalami gangguan secara emosional akibat banyaknya konflik yang tak
terselesaikan. Disamping itu, karena kelompok ini kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sosial yang normal sehingga kelompok ini kurang mampu mengenal
norma-norma kesusilaan yang ada serta kurang bertanggung jawab secara sosial
karena pada umumnya kelompok ini hidup dalam situasi miskin norma.
Berikut
bentuk-bentuk perilaku menyimpang.Bentuk perilaku menyimpang remaja dapat
dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1) Delinkuensi Individual
Yaitu
perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala
personal dengan cirri khas jahat yang disebabkan oleh kecenderungan
penyimpangan tingkah laku psikopat, neurotis, dan anti sosial. Penyimpangan ini
dapat diperparah dengan stimulus sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak
tepat, dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan.
2) Delinkuensi Situasional
Bentuk
penyimpangan tipe ini pada umumnya dilakukan oleh remaja dalam klasifikasi normal
yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik yang berupa
stimulasi sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya
memberikan pengaruh menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku menyimpamg.
Penyimpangan
dalam bentuk ini sering muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis
dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupan
remaja, situasi sosial eksternal yang menekan terutama dari kelompok sebaya
dapat dengan mudah mengalahkan unsur internal yang berupa pikiran sehat
sehingga memunculkan tingkah laku menyimpang.
3) Delinkuensi Sistematik
Perbuatan menyimpang pada anak-anak remaja dapat
berkembang menjadi perilaku menyimpang yang diorganisir dalam bentuk suatu
organisasi kelompok sebaya yang berperilaku seragam dalam pemyimpangan.
Kumpulan tingkah laku menyimpang yang diorganisir dalam pengaturan status,
norma dan peranan tertentu akan memunculkan sikap moral yang salah dan justru
muncul rasa kebanggan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang
berlaku.
Semua perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh
anggota kelompok ini kemudian dirasionalkan dan dilakukan pembenaran sendiri
oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan
menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang
pada kelompok remaja terutama muncul pada saat setengah sadar, karena berbagai
sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi olek kontrol diri dan
kontrol sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang ini diulang dan diulang
kembali, dan kemudian dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian
diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian digunakan untuk menegakkan
gengsi secara tidak wajar.
4) Delinkuensi Komulatif
Pada hakekatnya bentuk delinkuensi merupakan produk
dari konflik budaya yang merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang
kontroversi dalam iklim yang penuh konflik. Perilaku menyimpang tipe ini
memiliki ciri yaitu:
1. Mengandung
banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin, keresahan hati hati pada
remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada
tindakan kejahatan dan agresif tak terkendali.
2. Merupakan
pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa
yang dirasa berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku
yang melanggar norma sosial dan hukum.
3. Diketemukan
adanya banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia
perkawinan , jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh
kontol diri yang kuat, hal ini terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan
ataupun sebab-sebab yang lain.
4. Banyak
diketemukan munculnya tindakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh kelompok
remaja, yang menganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk
memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan,
penculikan, penyandraan dan sebagainya.
b) Dengan
mencermati bentuk perilaku menyimpang diatas, maka secara fisik wujud dari
perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :
a)
Main kebut-kebutan di jalan. hal tersebut dapat
mengganggu keamanan, keselamatan dan membahayakan jiwa diri sendiri maupun
orang lain.
b) Perilaku
ugal-ugalan, brandalan, uarakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan
lingkungan sekitar. Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energi
dan dorongan primitif yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang
tanpa bimbingan orang tua dewasa.
c)
Perkelahian antar individu, antar geng, antar
kelompok, antar sekolah ataupun antar suku, yang kesemuanya menunjukkan akibat
negatif.
d) Membolos
sekolah dan bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil
sambil melakukan berbagai eksperimen perilaku asosial.
e)
Perilaku kriminalitas yamg berupa perbuatan mengancam,
intimidasi memeras, merampas dan sebagainya
f)
Berpesta pora sambil mabuk-mabukan dan melakukan
perbuatan seks bebas yang menggangu lingkungan
g) Pemerkosaan
dan agresifitas sosial atau pembunuhan karena motif seksual atau dorongan oleh
reaksi-reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri
h) Kecanduan
dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitanya dengan tindak kejahatan.
i)
Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan
yang mengakibatkan kriminalitas
j)
Perbuatan anti sosial dan asosial yang disebabkan oleh
gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja simptomatik, neurotic dan gangguan jiwa
lain
k)
Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang
disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi
disebabkan organ-organ inferior.
D. masalah seksualita
masalah
terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh remaja.
Masalah-masalah tersebut antara lain :
1.
Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak
sekali modusnya. Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki
(sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena
dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2.
Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau
pacar yang berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun)
secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular
seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang
tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan
usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya.
Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan
terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah
persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3.
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja
didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja,
mitos berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa
berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal
hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si
remaja perempuan dalam masa subur.
4.
Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin
dalam kandungan sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya
tergolong dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah
atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena
kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara
psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan.
Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan
fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
5.
Perkawinan Dan Kehamilan Dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di
pedesaan. Di beberapa daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam
menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan. Alasan terjadinya
pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan
alasan ekonomi. Remajayang menikah dini, baik secara fisik maupun biologis
belum cukup matang untukmemiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak
dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang
menjalani kehamilansering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini
berkaitan dengan distribusimakanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang
masih dalam tahap proses pertumbuhan.
6.
IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS
(Penyakit Menular Seksual), dan HIV/AIDS.
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin
atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV
sebagian besar menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut,
maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari
ibu kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat
besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan,
kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.
E. masalah kesehatan reproduksi remaja
Masalah
Kesehatan Reproduksi Remaja
Kuatnya norma sosial yang menganggap
seksualitas adalah tabu akan berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan
agar pendidikan seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan.
Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah diupayakan oleh sejumlah pihak
seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan juga pemerintah sendiri
(khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk memasukkan seksualitas dalam
mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi Remaja’, namun hal ini belum sepenuhnya
mampu mengatasi problem riil yang dihadapi remaja.
Permasalahan yang mungkin timbul pada masa
remaja diantaranya :
1.
Permasalahan berkaitan dengan perkembangan
fisik dan motorik.
Pada
masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik
pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan
fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image
dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang
percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional.
Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan
jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual.
2.
Permasalahan berkaitan dengan perkembangan
kognitif dan bahasa.
Pada
masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat.
Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan
intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi
intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama
remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing.
Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana,
menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa
dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing
merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier
seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan
berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan
hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat
berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan
kepribadian lainnya.
3.
Permasalahan berkaitan dengan perkembangan
perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social
hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk
bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group).
Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja
dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia
akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku
sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat
terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah.
Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya
keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan
ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia
masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan
pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa
remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan
khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan
penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga
ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma
yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai
dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
4.
Permasalahan berkaitan dengan perkembangan
kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan
identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak
dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau
identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin
saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri
yang sebenarnya.Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum
terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru
dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian
seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas,
tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja
dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan
kearifan dari semua pihak.
Penanganan Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja
Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi
perempuan dan laki-laki menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan
masalah yang terjadi pada setiap fase kehidupan, maka upaya- upaya penanganan
masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut :
1. Gizi seimbang.
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi.
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.
5. Pernikahan pada usia wajar.
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.
7. Peningkatan penghargaan diri.
8. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan
ancaman.
Problem Kesehatan Reproduksi
Remaja
Terdapat indikasi pada remaja - baik di
perkotaan maupun perdesaan - yang menunjukkan meningkatnya perilaku seks
pra-nikah. Namun, menarik dipertanyakan adalah apakah mereka memahami
resiko-resiko seksual yang menyertainya? Berdasarkan studi di 3 kota Jawa Barat
(2009), perempuan remaja lebih takut pada resiko sosial (antara lain: takut
kehilangan keperawanan/ virginitas, takut hamil di luar nikah karena jadi bahan
gunjingan masyarakat) dibanding resiko seksual, khususnya menyangkut kesehatan
reproduksi dan kesehatan seksualnya.
Padahal kelompok usia remaja merupakan usia
yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDs dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
lainnya. Bahkan, dalam jangka waktu tertentu, ketika perempuan remaja menjadi
ibu hamil, maka kehamilannya dapat mengancam kelangsungan hidup janin/bayinya.
Pada dasarnya, kerentanan perempuan, bukan
hanya karena faktor biologisnya, namun juga secara sosial dan kultural kurang
berdaya untuk menyuarakan kepentingan/haknya pada pasangan seksualnya demi
keamanan, kenyamanan, dan kesehatan dirinya. Kepasifan dan ketergantungan
sebagai karakter feminin yang dilekatkan pada perempuan juga melatari
kerentanan tersebut. Faktor ekonomi juga mengkondisikan kerentanan perempuan.
Badan
Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkompilasi, masalah kesehatan reproduksi
remaja yang telrjadi di seluruh dunia, yang dapat menjadi bahan pembanding
untuk masalah yang sama di Indonesia, atau asumsi kejadian di Indonesia bila
belum tersedia datanya.
Indikator-indikator
untuk masalah kesehatan reproduksi dipresentasikan pada bagian ini. Informasi
mengenai masalah kesehatan reproduksi, selain penting diketahui oleh para
pemberi pelayanan kesehatan, pembuat keputusan, juga penting untuk para
pendidikan dan penyelenggara program bagi remaja, agar dapat membantu
menurunkan masalah kesehatan reproduksi remaja.
F. PEMBEKALAN PENGETAHUAN YANG DI
PERLUKAN REMAJA
Pembinaan
kesehatan reproduksi remaja Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan
untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilkau
hidup sehat bagi remaja, di sampaing mengatasi masalah yang ada. Dengan
pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara
sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat
memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi yang sehat. Pembekalan
pengetahuan yang diperlukan remaja meliputi :
1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkanya. Informasi tentang haid dan mimpi basah, serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap remaja.
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkanya. Informasi tentang haid dan mimpi basah, serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap remaja.
2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkanya menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga, untuk melanjutkan keturunan.
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkanya menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga, untuk melanjutkan keturunan.
3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan,
serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Di samping itu remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat unutk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan napza.
serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Di samping itu remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat unutk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan napza.
4. Persiapan pranikah Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon
pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan
berkeluarga.
5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya Remaja perlu
mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja pria dan
wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.
G.
PERLUNYA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA
Mengapa remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi?
·
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi
agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai
faktor yang ada disekitarnya.
·
Dengan informasi yang benar, diharapkan
remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi.
·
Siapa saja yang perlu diberitahu perihal
informasi kesehatan reproduksi?
·
Proses reproduksi merupakan proses
melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama laki-laki maupun
perempuan.
Karena itu baik laki-laki
maupun perempuan harus tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan
reproduksi.Kesalahan dimana persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung
jawab perempuan tidak boleh terjadi lagi.
Pengetahuan dasar kesehatan reproduksi apa
yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi
yang baik?
·
Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis
pada remaja, masa subur, anemi dan kesehatan reproduksi
·
Kehamilan dan melahirkan: usia ideal untuk
hamil, bahaya hamil pada usia muda, berbagai aspek kehamilan tak diinginkan
(KTD) dan abortus
·
Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks,
perilaku seksual, akibat pendidikan seks dan keragaman seks
·
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
·
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
·
Bahaya
narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
·
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku
seksual
·
Kemampuan berkomunikasi: memperkuat
kepercayaan diri dan bagaimana bersifat asertif
·
Hak-hak reproduksi dan jender
·
Apa perbedaan pendidikan kesehatan reproduksi
dan pendidikan seks?
·
Pendidikan seks merupakan bagian dari
pendidikan kesehatan reproduksi sehingga lingkup pendidikan kesehatan
reproduksi lebih luas
·
Pendidikan kesehatan reproduksi mencakup
seluruh proses yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang
mempengaruhinya, mulai dari aspek tumbuh kembang hingga hak-hak reproduksi.
·
Sedangkan pendidikan seks lebih difokuskan
kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.
DAFTAR PUSTAKA
DR.Dr.Andryansyah
Arifin,MPH.2003.surabaya.pembinaan kesehatan reproduksi remaja.yayasan mulia
abadi
Depkes
RI, 2001. Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang : Kesehatan
Reproduksi, Depkes, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar