Jumat, 28 Maret 2014

KAITAN ANTARA KESEHATAN REMAJA DAN KESPRO REMAJA


KAITAN ANTARA KESEHATAN REMAJA DAN KESPRO REMAJA


Oleh
Kelompok 2
Kelas Ia
Faramita                                Ani sattu
Fitriani s                                 Nur insan
Firda nurhidayat                   Rilawati
Hastuti                                    Nur syamsi
Jusrianti                                 Nirwana
Nurasiah                                Hasriani
Rahmawati                            Rusma
Siti sarah humairah              Yulianan R



AKBID STIKES SYEKH YUSUF-GOWA
T.A 2013


KAITAN ANTARA KESEHATAN REMAJA DAN KESPRO REMAJA

Remaja adalah golongan yang cukup banyak terdapat dalam susunan penduduk Indonesia dimana dari 200 juta penduduk, sekitar 20 % adalah golongan yang berusia 10 - 14 tahun. Kelak mereka akan menjadi orang tua dan mempunyai anak Remaja pun mempunyai kedudukan yang unik karena dalam ilmu kedokteran digolongkan dalam usia peralihan ( pubertas) dan masa anak-anak ke masa dewasa. Peralihan yang terjadi bukan saja fisik dan mental, tetapi juga terjadi perubahan secara berangsur-angsur pada sistim reproduksinya menjadi matang dan berfungsi seperti orang dewasa. Setiap perubahan bagaimana pun juga akan menyebabkan timbulnya goncangan bagi individu yang mengalami Kesehatan reproduksi secara singkat dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana fisik mental dan sosial dinyatakan sehat supaya dapat menjalankan fungsi reproduksi. Hal ini berarti mencakup
1.      Kemampuan ber-reproduksi
2.      Berhasil mempunyai anak yang sehat, dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa
3.      Aman menjalankan proses reproduksi termasuk melakukan hubungan seks, hamil, melahirkan, memilih jumlah anak dan menetapkan pemakaian KB.
Dan yang terpenting disini adalah hak laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan informasi dun pelayanan serta menentukan keinginannya dalam kehidupan reproduksi.
Seperti yang telah disebut di atas, usia remaja berdasar antara 12 - 24 th (12 - 21 th) Pada awal usia remaja terjadi perkembangan dan pemasangan alat dan fungsi reproduksi secara berangsur-angsur sampai mereka memasuki usia dewasa muda. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan fisik seperti tubuh menjadi lebih tinggi dan otot tubuh menjadi lebih membesar, timbulnya jerawat wajah, tumbuh bulu diketiak dan kemaluan, tumbuhnya payudara, tejadi perubahan suara dan tumbuh kumis pada remaja pria. Dan yang terpenting adalah datangnya haid pada remaja putri dan hadirnya mimpi basah pada remaja putra, sebagai tanda bahwa organ reproduksinya mulai berfungsi. Perubahan ini kadang-kadang menimbulkan rasa cemas, takut, malu, merasa dirinya menjadi lain dan remaja pun bingung, karena mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dan tidak mendapat informasi yang memadai.

Selain itu terjadi pula perubahan minat dan perilaku pada remaja seperti:
o   Mereka mulai memperhatikan penampilannya
o   Mulai tertarik pada lawan jenisnya
o   Melakukan usaha untuk menarik perhatian lawan jenis, bertingkah laku lebih genit.
Dikota besar, gejala-gejala seperti ini dapat kita lihat dengan banyak-nya remaja yang mangkal dan "ngeceng" di pusat-pusat perbelanjaan atau mall, tempat-tempat pertunjukan, atau kalau remaja tinggal di pinggiran kota atau desa, terlihat gerombolan remaja yang memadati tontonan layar tancap, pertunjukan dangdut di perayaan-perayaan. Mereka terlihat berdandan habis-habisan memakai pakaian yang sedang "ngetrend" dan terutama perilaku remaja banyak diarahkan untuk menarik perhatian.

Salahkah sepenuhnya remaja melakukan hal tersebut?, sulit bagi kita untuk menghakimi mereka, semata-mata dari tingkahnya yang genit, bebas dan kadang berlebihan. Seiring dengan matangnya alat reproduksi, maka pada tubuh remaja juga terjadi peningkatan hormon seks (estrogen, progestron, ondmgen, testosteron) yang mempunyai libido (dorongan/gairah seks).

            Libido ini adalah karunia Tuhan, untuk menimbulkan keinginan yang berhubungan dengan aktivftas seks yang diperlukan dalam reproduksi manusia. Rasa ingin tahu, sulitnya meredam dan mengendalikan dorongan seks ditambah tidak adanya pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi, dapat menyebabkan remaja terjerumus pada kesulitan "besar”.

            Seperti yang disebut di atas bahwa hak untuk mendapatkan informasi dan pelayanan reproduksi adalah hak setiap orang. Sementara pada orang dewasa saja agaknya sulit didapat karena sifat 'tabu' membicarakan masalah seks. Apalagi pada remaja, dimana seharusnya mereka lebih baik mendapat informasi dari orang tua. Tetapi karena sebagian orang tua adalah produk diriikan generasi lama yang merasa tidak pantas, malu dan mengelak untuk membicarakan seks dengan anaknya. Bahkan mereka sendiri sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi yang lebih dibanding anaknya, walaupun orang tua adalah pelaku seks yang aktif.

            Memang sudah ada beberapa LSM dan pusat pelayanan remaja yang menyediakan pelayanan reproduksi dalam bentuk ceramah, konsultasi melalui telpon/surat dan ada beberapa buku saku yang pernah diterbitkan, tetapi belum banyak, menjangkau masyarakat remaja dan belum dimasyarakatkan secara maksimal. Sementara banyak pihak termasuk remaja, orang tua, guru, pendiriik pemuka agama dan tokoh, masyarakat yang merasa takut apabila informasi dan pendiriikan seks diberikan kepada remaja akan disalah gunakan oleh remaja. Maka remaja pun lebih senang bertanya pada teman sebaya yang tidak lebih baik pengetahuannya atau melihat dari film di TV , bioskop dan membaca dari buku, majalah yang lebih banyak menyajikan seks secara vulgar ketimbang pengetahuan pendiriikan seks yang benar.


1.      Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

2.      Prinsip Gizi Pada Remaja

Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.
Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Growth Spurt :
o   Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
o   Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskandia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya.

3.      Penyebab masalah gizi pada remaja

Masalah gizi yang terjadi pada remaja umumnya disebabkan oleh satu sumber utama yaitu pola makan yang kurang tepat. Pola makan yang kurang tepat pada remaja, secara garis besar dipengaruhi dua hal, antara lain faktor lingkungan dan faktor personal atau individu dari remaja itu sendiri.

4.      Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja

Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi Pekerjaan
Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai, dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).
Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 % dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000 mg. selain itu, wanita juga harus memperhatikan unsur sodium, cara pengolahan makanan dan para wanita perlu membatasi makanan kaleng atau makanan dalam kotak.

5.      Jenis-jenis masalah gizi pada remaja
Perilaku makan yang kurang tepat dapat membawa dampak negative terhadap kesehatan atau status gizi remaja. Berikut beberapa masalah gizi yang dapat dialami oleh remaja.

1.      Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.
2.      Kurang Energi Kronis
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi.
3.      Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi.
4.      Pendidikan Gizi Pada Remaja Dan Dewasa
Pendidikan gizi pada remaja dan dewasa diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik dan berperilaku gizi yang baik dan benar. Adapun pesan dasar gizi seimbang yang diuraikan oleh Depkes adalah:

a)         Makanlah aneka ragam makanan.
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Makan makanan yang mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh baik kualitas maupun kuantitas. Jadi, mengonsumsi makanan yang beraneka ragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
b)         Makanlah makanan untuk mencukupi kecukupan energi.
Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yanng cukup kalori (energi) agar dapat hidup dan beraktivitas sehari-hari. Kelebihan konsumsi kalori akan ditimbun sebagai cadangan didalam tubuh yang berbentuk jaringan lemak.
c)         Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Ada dua kelompok karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks berlangsung lebih lama daripada yang sederhana. Konsumsi karbohidrat kompleks sebaiknya dibatasi 50% saja dari kebutuhan energi sehingga tubuh dapat memenuhi sumber zat pembangun dan pengatur.
d)        Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi.
Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin (A, D, E dan K) serta menambah lezatnya hidangan. Mengonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain.
e)         Gunakan garam beryodium.
Kekurangan garam beryodium dapat mengakibatkan terjadinya penyebab penyakit gondok.
f)          Makanlah makanan sumber zat besi.
Zat besi adalah unsur penting untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi berakibat anamia gizi besi (AGB), terutama diderita oleh wanita hamil, wanita menyusui dan wanita usia subur.
g)         Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mempunyai kelebihan yang meliputi 3 aspek baik aspek gizi, aspek kekebalan dan kejiwaan.
h)         Biasakan makan pagi.
Bagi remaja dan dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi belajar dan meningkatkan produktivitas kerja.
i)           minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya Aman berarti bersih dan bebas kuman.
j)           Lakukan aktivitas fisik secara teratur.
Dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan.
k)         Hindari minum minuman beralkohol.
Sering minum minuman beralkohol akan sering BAK sehingga menimbukan rasa haus. Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat lain.
l)           Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layak dikonsumsi sehingga aman untuk kesehatan. Makanan yang aman yaitu bebas dari kuman dan bahan kimia dan halal. Bacalah label pada makanan yang dikemas.
m)       Penilaian Status Gizi Pada Remaja
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain.

6.      Akibat Kekurangan Gizi pada Remaja

    Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah” , kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah di makan), khususnya remaja perempuan.
    Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat pada, sayur-sayuran, buah-buahan. Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat.
Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.


B.   MASALAH PENDIDIKAN


Kebanyakan orang tua memang tidak termotivasi untuk memberikan informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi kepada remaja sebab mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks pra-nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua atau sekolah cenderung berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang mendapatkannya dari orang lain. Keengganan para orang tua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi (pendidikan seks/ kespro). Hambatan utamanya adalah justru bagaimana mengatasi pandangan bahwa segala sesuatu yang berbau seks adalah tabu untuk dibicarakan oleh orang yang belum menikah, karena remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa.
Pertanyaannya adalah apakah yang harus dilakukan terhadap remaja yang memiliki pemahaman keliru tentang seksualitas? Maka dari itulah Pendidikan Kesehatan Reproduksi hendaknya dapat memberikan dan mengelola pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remja, membangun sikap positif pada diri remaja untuk menyikapi persoalan seksualitas dan reproduksi, dan diharapkan dapat membentuk bersama perilaku remaja yang bertanggungjawab dalam konteks seksualitas dan reproduksi.

Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan kesehatan reproduksi kepada setiap individu dan pasangannya secara komprehensif, khususnya kepada remaja agar setiap individu mampu menjalani proses reproduksinya secara sehat dan bertanggungjawab serta terbebas dari perlakuan diskriminasi dan kekerasan, termasuk di dalamnya pengakuan dan penghormatan atas hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual sebagai bagian integral dari Hak Azasi Manusia.

Tujuan khusus dari pengembangan sistem pendidikan dan pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi remaja adalah untuk melindungi remaja dari resiko pernikahan usia dini, kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS dan kekerasan seksual. Pemberian akses pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja diharapkan dapat meningkatkan kemandirian remaja dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya termasuk kehidupan seksualitasnya, sehinga hak-hak kesehatan reproduksinya dapat terpenuhi dalam meningkatkan kualitas hidup serta kualitas keturunannya baik fisik, mental dan sosialnya serta terbebas dari rasa takut, tindakan kekerasan dan diskriminasi.

Pendidikan mengenai kesehatan reproduksi hendaknya diberikan sejak dini dan tidak harus menunggu hingga si anak tumbuh besar. Kerena jika menunda dan menunggu hingga anak remaja hal tersebut sudah terlambat, pada zaman sekarang ini era internet dapat dengan mudah di akses maka pemberian informasi akan dengan cepat didapat dari sudut pandang yang salah, ujar Anggoro Budi Prasetyo. Lebih lanjut, Anggoro menambahkan di dalam memberikan pendidikan seks harus sesuai dengan kondisi yang sebenarnya tidak boleh melakukan kebohongan hanya untuk memuaskan jawaban si anak. Berikut ini tahapan usia dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sejak usia dini :
a.  Balita (1-5 tahun), pada usia ini penamaan pendidikan seks cukup mudah dilakukan yaitu hanya perlu mengenalkan kepada anak tentang organ reproduksi yang dimiliki secara singkat. Dapat dilakukan ketika memandikan si anak dengan memberitahu organ yang dimilikinya, namun jangan memberikan pembelajaran ketelanjangan karena biasanya ada orang tua yang memandikan anaknya bersamaan ketika sedang mandi juga. Pada usia ini juga perlu ditandaskan tentang sikap asertif yaitu berani berkata tidak kepada orang lain yang akan berlaku tidak senonoh
b. Usia 3 – 10 tahun, pada usia ini, biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan umum mengenai asal-usul bayi. Jawab yang sederhana dan terus terang.
c. Usia menjelang remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya diterangkan mengenai menstruasi, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seseorang remaja. Kita bisa menerangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.
d. Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara  seksual. Kita perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.

Demikian beberapa metode yang dapat dilakukan dalam memberikan pendidikan seks pada anak. Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orangtuanya, bukan dari orang lain tentang seks.

Pandangan Pendidikan Seks dari Berbagai Aspek
1. Agama
 Menurut Islam, seks bukanlah ciptaan setan. Seks juga buka sesuatu yang kotor, jahat, atau punyang harus dihindari, apapun bentuknya. Seks adalah karunia dan rahmat dari Tuhan danmerupakan gambaran dan kenikmatan surgawi yang akan tiba.Seks adalah aspek yang sangat penting dari perilaku manusia. Semua manusia memiliki tigaaspek sisi kepribadian, yaitu agama, intelektual dan fisik, serta memiliki gairah untuk memuaskan ketiganya. Islam menganjurkan bahwa ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dengancara yang suci dan sehat, tanpa berlebihan, tanpa tekanan, dan tanpa penderitaan, Setiap muslimpercaya bahwa hubungan seksual adalah suci dan tidak bertentangan dengan ketuhanan,spiritualitas, atau keimanan. Karenanya, seks pun harus disalurkan sesuai dengan jalan yangbenar serta harus ditahan dan dikekang jika tidak sesuai dengan jalur yang sah.Kenikmatan seks tidak boleh mengabaikan aspek-apek moralitas. Perilaku menyimpang dalamseks hanya mengakibatkan rusaknya masyarakat, kebohongan, penipuan, terjadinyapemerkosaan, pembuhuhan dan lain-lain. Oleh karena itu untuk mendapatkan keidupan seks yang baik Islam melalui syari‟atnya mengajark an pernikahan sebagai pintu yang menyucikanhubungan seksual. Perlunya pendidikan seks secara Islami dimaksudkan agar masyarakat dapatmengerti tentang seks yang benar dan sesuai dengan landasan atau dasar agama.
2. Psikologi
 Dalam aspek psikologi kita menemukan bahwa banyak pertanyaan– pertanyaan seputar seks saatusia seseorang mendekati pubertas. Pertanyaan– pertanyaan sederhana yang mungkin sulit untuk diterangkan atau sulit dijawab dengan bahasa yang baik membuat topik tentang seks menjaditopik yang dijauhi dalam diskusi orang tua dan anak. Orang tua masih menganggap tabu untuk membicarakan seks dengan anak, dan si anak dengan segudang pertanyaan menuntun merekauntuk mencari tahu dengan kemampuannya sendiri melalui internet atau bertanya dengan teman,yang hasilnya seperti kita tahu si anak mendapat jawaban yang kurang pantas untuk anak seumurannya. Sikap orang tua yang masih menganggap tabu perbincangan seks, mengakibatkansi anak mendapat kekeliruan tentang seks. Peran orang tua sangat penting dalam pendidikan seksterhadap anaknya karena akan berpengaruh terhadap masa depan anaknya sendiri.



C.   masalah lingkungan dan pekerjaan

Dalam sejarah kehidupan manusia, penggolongan jenis kelamin laki-laki dan perempuan ternyata menyisakan pemahaman karakter spesifik kelelakian dan keperempuan terkait perbedaan fisik dan mental.
Kelebihan kekuatan fisik mendorong perkembangan rasa berkelebihan (sense of mastery) pada sisi laki-laki daripada perempuan sehingga perempuan ditempatkan dalam posisi lemah.
Tentu saja isu jender otomatis berkembang dan berpengaruh terhadap sistem manajemen perkantoran. Masih banyak departemen/institusi yang lebih memilih laki-laki sebagai menejer bila pada saat yang sama terdapat dua pilihan calon manajer berlainan jenis kelamin, walaupun terkadang atau sering justru calon perempuan relatif lebih kompeten.Kondisi di atas berakibat pada kenyataan lebih banyak perempuan diposisikan sebagai bawahan daripada sebagai atasan. Kondisi itu meningkatkan peluang perempuan dilecehkan secara seksual oleh lelaki atasan. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang bekerja akan mengganggu kesehatan remaja

Masalah Remaja terhadap Lingkungan Sosialnya
Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun konflik eksternal yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang yang muncul pada remaja sebenarnya merupakan kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.
Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol diri terhadap impuls-impuls yang kuat dan dorongan instingtif. Impuls-impuls tersebut disalurkan lewat perilaku kejahatan , kekerasan, agresi dan sebagainya yang dianggap mengandung nilai lebih oleh kelompok remaja tersebut.
Perbedaan antara remaja yang berperilaku normal dengan remaja yang berperilaku menyimpang dapat dilihat dari tiga dimensi perbedaan yaitu : perbedaan dalam struktur intelektualnya, perbedaan fisik dan psikis, serta perbedaan ciri karakteristik individual. Berikut keterangan mengenai ketiga dimensi tersebut.

a)      Perbedaan struktur intelektual
Pada umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang mempunyai intelegensi yang berbeda dengan intelegensi rata-rata anak-anak yang normal, yaitu nampak pada perbedaan fungsi-fungsi kognitif pada mereka. Pada umumnya kelompok menyimpang ini mempunyai nilai yang lebih rendah pada tugas-tugas prestasi tetapi mempunyai nilai lebih pada nilai keterampilan verbal. Kelomp[ok ini pada umumnya kurang toleran terhadap hal-hal yang abigious dan kurang mampu memperhitungkan dan menghargai perbedaan perilaku serta pribadi orang lain.

b)      Perbedaan fisik dan psikis
Anak-anak yang berperilaku menyimpang nampak “ idiot secara moral “ dan pada umumnya memiliki ciri karakteristik yang khas dalam fungsi psikologis. Hal-hal yang nampak berbeda diantaranya adalah : lebih lamban dalam mereaksi terhadap stimuli kesakitan, dan menunjukkan ketidak matangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.
      
c)      Perbedaan ciri karkteristik individual
Remaja yang berperilaku menyimpang memiliki ciri kepribadian khusus yaitu lebih berorientasi pada kehidupan masa sekarang yaitu bersenang – senang dan puas pada hari ini dan kurang memperhitungkan hari esok. Kebanyakan dari mereka mengalami gangguan secara emosional akibat banyaknya konflik yang tak terselesaikan. Disamping itu, karena kelompok ini kurang bersosialisasi dengan lingkungan sosial yang normal sehingga kelompok ini kurang mampu mengenal norma-norma kesusilaan yang ada serta kurang bertanggung jawab secara sosial karena pada umumnya kelompok ini hidup dalam situasi miskin norma.
Berikut bentuk-bentuk perilaku menyimpang.Bentuk perilaku menyimpang remaja dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1)      Delinkuensi Individual
Yaitu perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala personal dengan cirri khas jahat yang disebabkan oleh kecenderungan penyimpangan tingkah laku psikopat, neurotis, dan anti sosial. Penyimpangan ini dapat diperparah dengan stimulus sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat, dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan.
2)      Delinkuensi Situasional
Bentuk penyimpangan tipe ini pada umumnya dilakukan oleh remaja dalam klasifikasi normal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik yang berupa stimulasi sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku menyimpamg.
Penyimpangan dalam bentuk ini sering muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupan remaja, situasi sosial eksternal yang menekan terutama dari kelompok sebaya dapat dengan mudah mengalahkan unsur internal yang berupa pikiran sehat sehingga memunculkan tingkah laku menyimpang.
3)      Delinkuensi Sistematik
Perbuatan menyimpang pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang yang diorganisir dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku seragam dalam pemyimpangan. Kumpulan tingkah laku menyimpang yang diorganisir dalam pengaturan status, norma dan peranan tertentu akan memunculkan sikap moral yang salah dan justru muncul rasa kebanggan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang berlaku.
Semua perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian dirasionalkan dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul pada saat setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi olek kontrol diri dan kontrol sosial. Lama kelamaan  perilaku menyimpang ini diulang dan diulang kembali, dan kemudian dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian digunakan untuk menegakkan gengsi secara tidak wajar.
4)      Delinkuensi Komulatif
Pada hakekatnya bentuk delinkuensi merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversi dalam iklim yang penuh konflik. Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri yaitu:
1.      Mengandung banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin, keresahan hati hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindakan kejahatan dan agresif tak terkendali.
2.      Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum.
3.      Diketemukan adanya banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan , jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontol diri yang kuat, hal ini terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun sebab-sebab yang lain.
4.      Banyak diketemukan munculnya tindakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja, yang menganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan, penculikan,  penyandraan dan sebagainya.
b)      Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang diatas, maka secara fisik wujud dari perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :
a)        Main kebut-kebutan di jalan. hal tersebut dapat mengganggu keamanan, keselamatan dan membahayakan jiwa diri sendiri maupun orang lain.
b)       Perilaku ugal-ugalan, brandalan, uarakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan lingkungan sekitar. Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energi dan dorongan primitif yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang tua dewasa.
c)        Perkelahian antar individu, antar geng, antar kelompok, antar sekolah ataupun antar suku, yang kesemuanya menunjukkan akibat negatif.
d)       Membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil sambil melakukan berbagai eksperimen perilaku asosial.
e)        Perilaku kriminalitas yamg berupa perbuatan mengancam, intimidasi memeras, merampas dan sebagainya
f)        Berpesta pora sambil mabuk-mabukan dan melakukan perbuatan seks bebas yang menggangu lingkungan
g)       Pemerkosaan dan agresifitas sosial atau pembunuhan karena motif seksual atau dorongan oleh reaksi-reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri
h)       Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitanya dengan tindak kejahatan.
i)         Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan kriminalitas
j)         Perbuatan anti sosial dan asosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja simptomatik, neurotic dan gangguan jiwa lain
k)       Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi disebabkan organ-organ inferior.

D.   masalah seksualita
masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1.      Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.

2.      Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3.      Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
4.      Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
5.      Perkawinan Dan Kehamilan Dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan. Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remajayang menikah dini, baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untukmemiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilansering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusimakanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
6.      IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan HIV/AIDS.
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.


E.   masalah kesehatan reproduksi remaja

Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah diupayakan oleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi Remaja’, namun hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil yang dihadapi remaja.
Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :
1.      Permasalahan berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
2.      Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
3.      Permasalahan berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
4.      Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.
  
Penanganan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan masalah yang terjadi pada setiap fase kehidupan, maka upaya- upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut :
1. Gizi seimbang.
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi.
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.
5. Pernikahan pada usia wajar.
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.
7. Peningkatan penghargaan diri.
8. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman. 

 Problem Kesehatan Reproduksi Remaja
Terdapat indikasi pada remaja - baik di perkotaan maupun perdesaan - yang menunjukkan meningkatnya perilaku seks pra-nikah. Namun, menarik dipertanyakan adalah apakah mereka memahami resiko-resiko seksual yang menyertainya? Berdasarkan studi di 3 kota Jawa Barat (2009), perempuan remaja lebih takut pada resiko sosial (antara lain: takut kehilangan keperawanan/ virginitas, takut hamil di luar nikah karena jadi bahan gunjingan masyarakat) dibanding resiko seksual, khususnya menyangkut kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya.

Padahal kelompok usia remaja merupakan usia yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDs dan Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya. Bahkan, dalam jangka waktu tertentu, ketika perempuan remaja menjadi ibu hamil, maka kehamilannya dapat mengancam kelangsungan hidup janin/bayinya.  

Pada dasarnya, kerentanan perempuan, bukan hanya karena faktor biologisnya, namun juga secara sosial dan kultural kurang berdaya untuk menyuarakan kepentingan/haknya pada pasangan seksualnya demi keamanan, kenyamanan, dan kesehatan dirinya. Kepasifan dan ketergantungan sebagai karakter feminin yang dilekatkan pada perempuan juga melatari kerentanan tersebut. Faktor ekonomi juga mengkondisikan kerentanan perempuan.  
            Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkompilasi, masalah kesehatan reproduksi remaja yang telrjadi di seluruh dunia, yang dapat menjadi bahan pembanding untuk masalah yang sama di Indonesia, atau asumsi kejadian di Indonesia bila belum tersedia datanya.
            Indikator-indikator untuk masalah kesehatan reproduksi dipresentasikan pada bagian ini. Informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi, selain penting diketahui oleh para pemberi pelayanan kesehatan, pembuat keputusan, juga penting untuk para pendidikan dan penyelenggara program bagi remaja, agar dapat membantu menurunkan masalah kesehatan reproduksi remaja.

F.    PEMBEKALAN PENGETAHUAN YANG DI PERLUKAN REMAJA

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilkau hidup sehat bagi remaja, di sampaing mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi yang sehat. Pembekalan pengetahuan yang diperlukan remaja meliputi :
1.      Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkanya. Informasi tentang haid dan mimpi basah, serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap remaja.
2.      Proses reproduksi yang bertanggung jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkanya menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga, untuk melanjutkan keturunan.
3.      Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan,
serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Di samping itu remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat unutk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan napza.
4.      Persiapan pranikah Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga.
5.      Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.


G.    PERLUNYA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Mengapa remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi?
·         Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.
·         Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
·         Siapa saja yang perlu diberitahu perihal informasi kesehatan reproduksi?
·         Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama laki-laki maupun perempuan.
Karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi.Kesalahan dimana persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan tidak boleh terjadi lagi.

Pengetahuan dasar kesehatan reproduksi apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik?
·         Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur, anemi dan kesehatan reproduksi
·         Kehamilan dan melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil pada usia muda, berbagai aspek kehamilan tak diinginkan (KTD) dan abortus
·         Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat pendidikan seks dan keragaman seks
·          Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
·          Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
·          Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
·          Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
·         Kemampuan berkomunikasi: memperkuat kepercayaan diri dan bagaimana bersifat asertif
·         Hak-hak reproduksi dan jender
·         Apa perbedaan pendidikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seks?
·         Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi sehingga lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas
·         Pendidikan kesehatan reproduksi mencakup seluruh proses yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek tumbuh kembang hingga hak-hak reproduksi.
·         Sedangkan pendidikan seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.


DAFTAR PUSTAKA
DR.Dr.Andryansyah Arifin,MPH.2003.surabaya.pembinaan kesehatan reproduksi remaja.yayasan mulia abadi
 Depkes RI, 2001. Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang : Kesehatan Reproduksi, Depkes, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar